Showing posts with label Hikmah. Show all posts
Showing posts with label Hikmah. Show all posts

Bolehkah Ongkos Naik Haji (ONH) Dengan Cara Berhutang di Bank ?



Penanya:
Ny. Raning M, Suruh, Salatiga, Jawa Tengah
Pertanyaan:
1. Bagaimana hukumnya ONH dengan cara hutang bank?
2. Siksa apa yang kami alami di tanah suci nanti?
3. Apakah lebih baik kami pergi haji menunggu warisan peninggalan orang tua laku dijual, karena kapan lakuknya kami belum tahu mengingat bentuknya tanah, sawah dan rumah?
4. Kalau menurut bapak/ibu cara ini (hutang bank) tidak baik, kami siap mengundurkan diri secepatnya mencabut ONH itu.
Demikian pertanyaan-pertanyaan kami, semoga bapak/ibu berkenan menjawab secepatnya. Semoga jawaban bapak/ibu dicatat Allah sebagai amal ibadah. Amin. Terima kasih.


Jawaban:
Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih atas pertanyaan yang ibu sampaikan kepada kami. Untuk menjawab beberapa pertanyaan dari ibu kami berusaha menjawabnya dengan menyatukannya dalam satu jawaban.
Pada dasarnya, naik haji itu tidak wajib hukumnya atas orang yang belum mempunyai isthitha’ah (kemampuan), sebagaimana firman Allah SWT:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [QS. Ali Imran, 3: 97].

Salah satu arti isthita’ah di sini adalah kemampuan dari aspek keuangan atau biaya menjalankan ibadah haji, yang lebih populer dengan istilah Ongkos Naik Haji (ONH). Jadi jika seseorang, -termasuk ibu dan suami,- belum mempunyai biaya untuk ONH, maka tidak wajib hukumnya menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu kami menganjurkan supaya tidak perlu berhutang hanya karena untuk mengerjakan sesuatu yang belum menjadi kewajiban ibu. Apalagi jika hutang tersebut kepada bank atau siapa saja yang ada syarat harus membayar bunga, karena bunga oleh banyak ulama disamakan dengan riba yang justru dapat memberatkan pembayarannya di kemudian hari. Dengan demikian, menurut pendapat kami sebaiknya ibu membatalkan pinjaman bank untuk ONH tersebut dan menunggu harta warisan orang tua terjual atau mengusahakan cara-cara yang yang jelas-jelas halal untuk menunaikan ibadah haji. Semoga niat suci ibu dan suami untuk naik haji diterima, dimudahkan jalannya dan dikabulkan oleh Allah SWT. Amin. Wallahu a’lam bish-shawab. *mi

 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com
http://www.fatwatarjih.com

Rasulullah SAW menganjurkan untuk berdagang ! ...bukan Begadang !!!


Sekali lagi teknologi dengan thethek dan bengeknya membawa seabrek masalah dalam tata hidup manusia. Ketika belum ada listrik, setelah maghrib orang akan menanti isya’ dan setelahnya tidak ada yang dikerjakan kemudian segera tidur. Sangat sulit dibayangkan memang terutama bagi anak-anak yang dari lahir hidupnya sudah serba elektrik. Hingga sepertinya perlu ada kesepakatan tentang batas begadang itu seperti apa. 

Hingga hari ini sama sekali tidak ada yang membenarkan bahwa begadang itu baik. Bahkan Rasulullah SAW panutan kita sangat tidak suka dengan yang namanya begadang ini. seperti diriwayatkan dalam hadits : “Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah tidur sebelum waktu isya’ dan tidak pernah begadang setelahnya. (HR Ahmad; shahih)

Dari sisi kesehatan sendiri begadang dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Obesitas,  Melemahnya sistem kekebalan tubuh, Mengganggu jam biologis tubuh, Penyakit jantung, Diabetes, Stroke, Tekanan darah tinggi, sakit, Melemahkan saraf. Sungguh mengerikan sekali macam-macam penyakit ini.

Memang  tidak ada baiknya sama sekali, namun mungkin ada pengecualian sesekali kita begadang tentu untuk alasan-alasan tertentu. Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan dalam Zadul Ma’ad: “Termasuk kebiasaan beliau adalah tidur di awal malam dan bangun di bagian akhirnya. Terkadang beliau begadang di awal malam untuk mengurusi berbagai kepentingan orang-orang miskin.” Dari sini bisa difahami bahwa pengecualian itu adalah untuk hal-hal yang ada manfaatnya. 

Ulama bahkan memakruhkan begadang hanya untuk sekedar mengurusi urusan dunia. Nonton TV, terutama untuk acara-acara yang sama sekali tidak membawa manfaat. Atau pun sekedar nongkrong tidak jelas apa yang diperbincangkan. 

Dan, dilema muncul ketika pelan namun pasti berat badan merangkak naik. Olah raga tentu sangat diperlukan. Badminton jadi satu-satunya olah raga yang sampai saat ini bisa dilakukan dengan rutin. Kalau dilihat dari hadits di atas memang sangatlah tidak nyunah sekali. Namun apa boleh buat, tidak mungkin jika dilakukan pada siang hari karena benturan acara-acara yang lainnya.

Bukannya tidak mau mengikuti sunah, namun saya melihat ada beberapa manfaat yang muncul dari badminton selain menghambat obesitas, terutama di PBPM. Di sinilah terjadi interaksi, salah satu kunci sukses sebuah organisasi adalah persamaan visi. Dan itu tidak bisa dicapai kalau tidak ada interaksi. Dari beberapa olah raga yang ada badminton inilah yang memiliki waktu untuk berinteraksi relatif lebih banyak dari olah raga yang lainnya. 

Yang kedua adalah tempat untuk membahas rencana-renaca kegiatan. Satu contoh ketika selasa malam kemaren, ketika itu waktu sudah bisa dikatakan pagi 00:30. Ada dua orang yang masih terlihat asyik ngobrol. Rencana pamitan kemudian berubah ketika ada sebuah perasaan aneh ketika saya menghampiri dua orang ini. Bayangan saya teringat pada pertengahan 2012, ketika badminton selesai  selalu ada dua orang yang pulang paling akhir. Selalu saja ada hal yang mereka obrolkan. Yang terkadang saya pun terkadang ikutan nimbrung dalam obrolan super tingkat tinggi mereka. Meskipun sebenarnya saya hanya numpang tidur saja :D.  

Jangan dianggap lebay, tapi saya rindu melihat mereka berdua berdebat hingga pagi seperti kala itu. Mungkin perasaan itu yang membuat saya untuk duduk ikut dalam obrolan di rabu dini hari kemaren. Agak sedikit berbeda dari dua orang yang lama meskipun semua bermuara pada hal yang sama. kali ini isi obrolan lebih aplikatif. Tentang rencana-rencana PM dan impian-impian mereka dalam beberapa waktu ke depan. 

Sama sekali ini bukan pembenaran untuk begadang sampai pagi. Sepenuhnya kita selalu berusaha untuk mengikuti apa yang dicotohkan panutan kita dalam segala hal. Semoga komunikasi bisa lebih baik lagi, sehingga tidak perlu ada orang-orang yang begadang sampai pagi. (pds-)

Menyibak Kabut pagi; "Tataplah Masa Depan dan Bergembiralah"


Pagi 1 Syawal 1436 H, kabut pagi tadi seakan terbelah oleh luapan jamaah Sholat Idul Fitri di Lapangan Sendangagung. Dengan duduk bershaft rapi menunggu ibadah Sholat Ied sembari melantunkan takbir. Sekitar pukul 07:00 acara dibuka oleh Pembawa Acara (Nugroho Setyawan. Tak berselang lama sholat Idul fitri dimulai dengan Imam Ustadz Ridwan Hamidi, Lc. M.A. Sholat dua rakaat itu seakan berlangsung sangat cepat karena terbuai oleh merdunya lantunan ayat Quran oleh sang Imam. Dalam khutbahnya, khatib mengajak kita untuk bersyukur dan dengan mengingat bahwa ada beberapa saudara kita nun jauh di sana tidak bisa merasakan kenikmatan seperti apa yang kita rasakan. 

Beliau melanjutkan khotbahnya: “... cukup banyak persoalan yang menjadi agenda persoalan bangsa. Dari mulai masalah yang berhubungan dengan ekonomi, politik, sosial dan keagamaan yang semua itu menjadi tanggung jawan dari semua kita, dan masing masing mempunyai peran sesuai dengan porsinya” untuk itu tidak ada salahnya kita mencoba merenungkan beberapa ayat Al Quran yang mungkin bisa menjadi bahan tentang bagaimana kita membenahi beberapa hal yang harus kita benahi. Allah Berfirman: “dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,dan kami akan akan mengumpulkannya di hari kiamat dalam keadaan buta” (Qs. Taha. 124). Khatib menjelaskan Bahwa, semua ini tidak muncul secara tiba-tiba. Ini adalah akibat dari perbuatan dan tingkah manusia yang meninggalkan tuntunan dan syari’at Allah SWT.

Lalu bagaimana kita mencari solusinya ? Allah berfirman : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. Annur. 55)

Solusi dari Firman Allah tersebut di atas adalah penghambaan secara total pasrah secara kepada Allah SWT serta menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup. Bagaimana kita kita memulai menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup ? Allah berfirman : “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Al Isra’. 09). Keyakinan bahwa Al Quran bisa menjadi adalah solusi adalah langkah pertama.

Kembali kepada  Al Quran berarti kita mulai dari membacanya, mencoba untuk meluangkan waktu mengkajinya, Mentadaburinya, dan sedapat mungkin kita mencoba untuk terus mempelajarinya. Allah SWT berfirman : ““kitab Al Quran ini Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (As Shad. 29).

Kembali kepada Quran berarti mengamalkannya semaksimal mungkin karena Alquran adalah pelita yang menerangi hidup manusia. Bahkan Al Quran adalah ruh yang menjadikan ruh menjadi lebih hidup. BerartiJuga terlibat dalam belajar dan  mengajarkan Al Quran. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “sebaik-baik kalian adalah yang belajar AL Quran dan mengajarkannya”.

Jika Al Quran adalah tali Allah tempat kita berpegang, maka sungguh berpegang teguhnya  kepada Al Quran akan membimbing kita untuk menyatu-padukan segala potensi dari semua umat yang disayang Allah ini. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” (QS. Ali Imran.103). Dan pertolongan Allah datang berupa kebersamaan orang-orang yang beriman, “Dialah Allah yang memperkuatmu denga dengan pertolongan-Nya bersama orang-orang yang beriman” (QS AL Anfal.62) dan Rasulullah berpesan : “Berpegang-teguhlah kalian dengan jamaah dan hindarilah segala bentuk perpecahan dan perselisihan”

Beliau berpesan : Semoga Allah memberikan kita kelembutan hidayahnya. Ketahuilah bahwa negeri ini adalah anugerah Allah SWT. Bahwa peran para Dai, Kyai, para santri dan peran kaum muslimin untuk mewujudkan kemerdekaan adalah bagian penting dalam perjuangan. Kepada para pemuda Perkuat diri kalian, pantaskan diri memikul amanah perjuangan ketahuilah bahwa kesholehan itu indah karena ia perjuangan dan anugerah ilahi. kejar dan raihlah agar anda berada dalam kabilah para pejuang. Untuk para muslimah;  terimalah salam hormat dan penghargaan kami atas ketegaran anda berpegang teguh dengan Agama ini, menjaga Hijab atau jilbab yang anda kenakan untuk menjadi wanita yang mulia. Wahai para mujahidah, para muslimah jadilah wanita pilihan jadikan jiwamu selembut dan setegar Khadijah, cerdasmu bagaikan Aisyah, keseteiannmu seperti Fatimah dan cita-citamu seperti Aisyah. 

Bagi para dai, marilah kita membangun dan terus memperbaiki diri jangan terlalaikan dengan rutinitas dakwah lalu kita mengabaikan diri sendiri, jangan sampai kita menjadi lilin yang menerangi orang lain tetapi kita justru luluh dan meleleh. Seperti Firma Allah SWT : “Apakah kalian menyeru kepada seluruh manusia sementara kalian melupakan diri kalian sendiri” .

Kepada para pejuang di jalan Allah, “Tataplah masa depan dan bergembiralah, karena pilihan Allah jatuh kepada anda semua untuk ikut terlibat dalam perjuangan ini apapun peran yang anda lakukan”. Itulah beberapa hal yang disampaikan oleh ustadz Ridwan Hamidi, Lc. M.A, dalam Khotbah idul Fitri di Lapangan Sendangagung. 

Ketika Kepercayaan Kita Kepada seseorang disalah gunakan..!!

Unek-unek, mungkin seperti magma dalam perut bumi dengan tekanan tinggi yang siap meledakkan bumi seisinya. Allah dengan ketetapanya membuat suatu sistem agar tekanan itu bisa berkurang dengan adanya gunung berapi. Otak manusia mungkin tak jauh berbeda, kompleksnya masalah kadang membuat tekanan yang luar biasa hebatnya. Muncullah “curhat” sebagai sebuah cara manusia untuk mengeluarkan unek-unek yang memenuhi otak.

Hal itulah yang mendasari manusia untuk berinteraksi. Masalah kemudian muncul ketika otak sudah penuh dengan unek-unek namun kita tidak juga bertemu dengan orang yang bisa mendengar unek-unek kita. Atau mungkin juga kita dalam keadaan yang mana mengharuskan kita terkurung berhari-hari didalam kamar. Untunglah kini kita dimudahkan dengan banyaknya media sosial sebagai ajang untuk menyalurkan keluh kesah kita. Tidak peduli orang yang membaca status, tweet atau apalah namanya, faham dengan apa yang kita tulis. 


Judul diatas adalah sebuah kutipan dari status facebook salah satu anggota PRPM Sendangagung. Tentu saya tidak faham juga maksudnya apa. Tapi itulah yang membuat saya mengurungkan menulis status, karena melihat status yang begitu miris itu membuat saya tersadar ternyata apa yang akan saya tulis tidak ada artinya dibanding status tersebut. 


Namun, dari status si fulan itu setidaknya ada hal yang membuat saya merenung. Tentang Kepercayaan, Amanah. Ternyata masih banyak amanah-amanah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Sebagai muslim kita dituntut untuk selalu menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab. Amanah bukan hanya tentang materi, melainkan berkaitan dengan segala hal, seperti memenuhi tuntutan Allah adalah amanah, bergaul dengan manusia dengan cara yang terbaik adalah amanah. Semoga bermanfaat. (revised)  


Dari Kerupuk, Ilmu dan Amal

23:36, Tetesan  air hujan berharmoni dengan daun-daun mirip  melodi nana bobo hehe. Orang normal tentu sudah lelap dalam hangat selimutnya, bermimpi keliling dunia,  selpie-selpian di kutub utara atau berjemur di hawai. Ah... namun sepertinya saya kurang beruntung. Melihat kondisi kamar yang porak-poranda hilang sudah nafsu tidur dan dimulailah kerja bakti dimalam hari. Ini mungkin akibat yang ditimbulkan dari obrolan Jum’at malam lalu. Awalnya adalah gladi bersih pelantikan PCPM & PCNA yang kemudian dilanjutkan dengan obrolan kerupuk. Kenapa saya sebut sebagai obrolan kerupuk, setidaknya 3 orang ini hidupnya sangat erat dengan kerupuk. Satu orang seorang pengusaha kerupuk rambak, satunya lagi pernah berjibaku jualan kerupuk singkong dan satunya lagi pemakan krupuk :D  

Yang terekam di ingatan saya adalah bagaimana Pak Eko mengkritisi bagaimana cara kita beramal. Contoh saja, kita dianjurkan untuk menanam,  “tiadalah bagi seorang muslim yang menanam suatu tanaman, atau menanam pohon, lalu sebagian hasilnya dimakan burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali hal tersebut merupakan sedekah baginya” (HR, Bukhari & Muslim) Tapi justru mereka yang bahkan tidak mengerti tentang pahala, dengan penuh semangat menanam pohon beberapa waktu lalu. Dalam HR muslim juga disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, namun kadang kita masih saja buang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Nah karena itulah saya akhirnya terpaksa kerja bakti dimalam hari hehehe...  

Itu hanya contoh kecil saja dan dapat dengan mudah dipraktekkan. Tapi apakah hanya itu saja ilmu yang kita dapat selama ini, tanpa dihitung pun sudah ketemu jawabanya. Saya sendiri kadang lupa bahwa hakekat mencari ilmu itu untuk kemudian diamalkan. Ngaji sana-sini namun masih tidak jelas juga apa saja yang diamalkan. Tapi jangan diartikan tidak perlu ngaji kalau hanya tidak diamalkan lho ya, itu sih mulut-mulut setan di luar sana yang ngomong. Setidaknya ada wujud nyata meskipun kecil namun pasti dan jelas. Karena ilmu itu haruslah berbuah amal, orang berilmu tanpa beramal bagai pohon tidak ada buahnya (Ibnul Qayim). Bahkan dalam hadits sendiri disebutkan bahwa “orang yang tidak mengamalkan ilmunya akan mendapat siksa yang keras ke akhirat kelak”

Jika kita baca sirah, banyak sekali contoh bagaimana semangat para sahabat  dalam beramal. Banyak contoh dan keteladanan yang bisa kita ambil dari kisah mereka. Ah... mereka kan orang-orang pilihan yang dibimbing langsung oleh Rasulullah !. Hmmm memang ada saja alasan bagi orang males seperti saya. Ok, saya ambil contoh yang dekat saja. Indra Mulyani, sebenernya masih banyak contoh lain , tapi untuk kali ini saya ambil pak Indra saja. Sedikit cerita, ketika awal-awal saya ikut kajiannya PM  ada beberapa orang tua yang dengan khusuk ikut duduk bersama kami. Dari situ saja saya sudah curiga. Apa yang membuat orang-orang tua ini masih mau duduk bersama anak-anak muda yang bahkan umurnya sebaya dengan anaknya sendiri. Dari situ saya mulai menngamati Pak Indra ini.

Setiap harinya pak indra ini sibuk dengan usaha kerupuk rambaknya, pagi ketika saya berangkat, beliau sudah sibuk mencari panas matahari untuk mengeringkan bakal kerupuknya. Dan malam ketika saya pulang tidak jarang saya bareng dia yang tengah mendistribusikan kerupuknya di daerah seyegan. Dan yang membuat saya heran, orang ini jarang sekali terlambat dalam setiap pertemuan. Juga dalam setiap kegiatan baik di ranting, cabang bahkan di Daerah. Sekedar info, pak indra ini tidak begitu saja sukses dengan kerupuk rambaknya, kalau mau sedikit detil ceritanya bisa jadi satu buku dengan 500 halaman sendiri hehe... Orang yang pernah kuliah teknik sipil ini pernah menjajal berbagai usaha, pernah dulu dia buka angkringan. Samar-samar saya ingat dulu angkringan masih belum begitu dikenal di tempat-tempat terpencil seperti ini. Ide kemudian muncul, dia mencoba membuat kerupuk rambak berbekal sebuah buku resep masakan. Dengan beberapa kali kegagalan dan juga tekanan batin. Woo... jangan salah, budaya sekitar saya masih menganggap orang-orang seperti pak indra ini aneh, apalagi anak muda. Wajarnya "mumpung masih muda itu mbok ya pergi ke korea atau malaysia" begitu kata kebanyakan orang. Dari cerita pak Indra saja saya bisa membayangkan bagaimana raut muka orang-orang dengan komentar sinisnya. 

Butuh perjuangan keras hingga akhirnya bisa menjadi seperti ini. Kini setidaknya ada beberapa karyawan yang harus digaji oleh pak Indra. Dan tentu semakin besar usaha semakin bertambah pula kesibukannya, namun itu tidaklah membuat Pak Indra menghilang dari pergerakan. Justru dialah salah satu orang yang ide-idenya untuk memberi manfaat bagi umat selalu mengalir. Tak hanya sekedar ide namun juga praktek di lapangan. Sebut saja Gerakan Dana Ta’awun, kemudian juga beberapa kegiatan Kokam seperti melempar pisau dan memanah. Masih banyak sebenernya kalau mau ditulis tentang sosok yang baru saja dilantik jadi Komandan Operasional KOKAM Minggir ini. Yang saya ambil pelajaran dari pak Indra dengan rambaknya ini adalah bagaiamana beliau tidak pernah menunggu untuk menerapkan Ilmu yang baru didapatnya. Karena salah satu cara untuk menjaga ilmu adalah dengan mengamalkannya. “Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga ia ditanya tentang empat hal -diantaranya-: tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan darinya.” [HR: At-Tirmidzy].--





Batu Akik, Rasulullah dan Kiamat

Saya hanya akan menulis apa yang saya tangkap dari khatib sholat Jum’at barusan. Nama tidak tahu karena ketika saya datang muazin sudah berdiri :D  Ketika suatu  masalah telah sampai ke atas mimbar, bagi saya itu bukan merupakan suatu masalah yang biasa. Dan belum jauh dari tren yang sedang booming saat ini, apalagi kalau bukan batu akik. Saya sendiri sebenernya sudah bosen dengan tema ini.

Khatib membuka khutbah dengan ilustrasi dimana hari selasa lalu muncul berita dibeberapa media tentang pencurian  batu nisan yang terbuat dari batu pancawarna, disinyalir akan diolah menjadi batu akik. Menurut hemat khatib, seharusnya sebagai umat islam kita harus berhati-hati dari kecintaan terhadap hal-hal seperti ini. 

Kemudian nasehat dilanjutkan dengan mengutip sebuah hadits : 
Dari Anas bin Malik RA, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun SAW menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya SAW” Maka Rasulullah SAW pun bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi SAW, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari)

Beliau melanjutkan dengan lima hal tentang bagaimana wujud cinta kita kepada Rasulullah 
Pertama, Selalu menyebut dan mengingat namanya. Orang yang mencintai kekasihnya tentu akan selalu menyebut dan mengingatnya sampai terbawa dalam mimpi.

Kedua, Mempelajari Sirah (Riwayat hidup Nabi). Sangat memprihatinkan ketika sebagian umat Islam tidak tahu sejarah nabinya sendiri. Dan melihat kondisi sekarang ini dimana anak-anak kita lebih mengenal bagaimana sejarah jodha akbar atau sejarahnya khrisna. Sebagai orang tua hendaknya menyeleksi apa yang ditonton anak-anaknya dan selalu memberikan pengetahuan tentang sirah nabawi.

Ketiga, mengutamakan kepentingan Rasulullah. Khatib menceritakan bagaimana ketika perang uhud para sahabat menjadi perisai demi keselamatan Rasulullah

Keempat, Taat kepada beliau. Tidak ada orang didunia ini yang harus kita taati lebih dari ketaatan kita kepada Rasulullah.  Bukti ketaatan kita adalah meneladani beliau
"Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab [33]: 21.
KeLima, Mengamalkan sunnah dan berusaha mendakwahkannya. 

Itulah apa yang bisa saya tangkap dari khutbah di Mushola At Taqwa, Sekolah Pasca Sarjana UGM. Sekiranya ada hal yang kurang pas, semata itu karena kesalahan saya. Semoga bermanfaat.  

Menjaga Hati Agar Tidak Sakit

Berbicara masalah hati, tentu akan jadi hal menarik untuk dibahas. Bila melihat kaum muslim saat ini, ternyata masih ada orang-orang yang memiliki keteguhan hati dalam membela agama Allah dan kesabaran menghadapi ujian yang dialami. Selanjutnya, apa yang membuat umat Islam agar memiliki keteguhan hati dan kesabaran? Ada beberapa alasan terkait hal tersebut, antara lain:

Memiliki kekuatan iman yang kokoh. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena penyerahan diri pada Allah dengan beriman dan percaya total kepada Allah akan menguatkan hati manusia.
Memiliki pemimpin yang tangguh. Hal ini akan memberikan dukungan pada umat Islam yang menjadi orang-orang yang dipimpin. Pengaruh pemimpin cukup besar dalam mengubah atau mempengaruhi para pengikutnya baik dari segi pemikiran, mental, motivasi, dan sebagainya.

Tanggung jawab setiap muslim dipegang oleh setiap manusia. Dengan menyadari hal ini, artinya setiap muslim akan menyadari bahwa apapun yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Oleh karenanya, kesabaran akan membuat mereka terus berusaha dengan cara terbaik yang mampu dilakukan.

Iman pada akhirat. Dengan mengimani akhirat, kita menjadi ingat akan tanggung jawab dan amanah kita. Sehingga kita bisa lebih menghargai dan memanfaatkan hidup dengan penuh kesyukuran.

Berpegang teguh pada Al-Quran. Al Quran membuat hidup manusia terarah. Jika Al-Quran sudah merasuk dalam diri manusia dengan sepenuh hati dan kasih sayang yang tulus, manusia akan menjadi teguh menghadapi cobaan.

Memiliki kabar kegembiraan. Orang-orang yang diberi kabar kegembiraan akan memiliki harapan dan optimis terhadap apa yang akan terjadi.

Hati yang dimaksud di sini bukanlah heart, melainkan liver sebagai letak iman manusia. Jantung ini dianggap sebagai second brain yang mengendalikan perbuatan manusia dan memiliki memory hidup manusia. Ia merekam banyak hal yang kita lakukan, pikirkan, katakan, dan sebagainya.

Ada tiga jenis hati, yaitu hati yang sehat (hati yang selalu selamat dari keinginan yang tidak sesuai dengan syariat Allah), hati yang mati (hati yang sudah tidak berfungsi), dan hati yang sakit (hati yang maish berfungsi namun tidak optimal atau bertentangan dengan aturan yang diajarkan Allah). Hati yang sakit inilah yang lebih banyak dialami manusia.

Bagaimana ciri hati yang sakit? Berikut ini pembahasannya:
Sulit meraih sesuatu yang mengikuti aturan Allah. Sebagaimana diterangkan dalam QS. Adz-Zariyat ayat 56, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” Ayat ini menerangkan bahwa yang semestinya dilakukan manusia adalah hanya beribadah Allah, tentunya bukan hanya ibadah formal. Hati yang sakit akan sulit mengikuti perintah Allah, justru mengikuti hawa nafsu/syahwat/kecintaan pada dunia.

Tidak terganggu atau merasa bersalah ketika melakukan maksiat. Misalnya, tidak shalat malam, mengabaikan targetan-targetan karena tidak komitmen dan konsisten.
Tidak sakit dengan kebodohan terhadap Islam, tidak merasa perlu, tidak merasa penting, tidak mau belajar tentang Islam sehingga hal ini akan memicu kekufuran.

Penderita hati yang sakit beralih dari makanan ke racun. Bila diibaratkan makanan adalah ketaatan, ibadah, kebaikan, namun ia jusru memilih racun (nafsu syahwat). Ia lebih mementingkan egonya untuk memuaskan nafsunya dengan mengabaikan kebaikan-kebaikan yang lain.

Lalu, bagaimana untuk menghidupkan hati kembali? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
Berdzikir. Dzikir yang terbaik adalah dengan membaca Al-Quran.
Istighfar. Hal ini berguna untuk meleburkan dosa-dosa kita dan menyadarkan diri atas kesalahan kita.

Doa. Dengan berdoa, manusia menempatkan Allah sebagai Dzat yang paling tinggi, memposisikan Allah sebagai tempat kita meminta, kita kecil dihadapannya, dan hanya Allah Yang Maha Berkuasa.

Shalawat. Hal ini menjadikan Rasul sebagai qudwah bagi kita.
Shalat malam. Begitu banyak keutamaan shalat malam sebagaimana Rasulullah Saw telah ajarkan.

Lakukanlah secara rutin kelima hal tersebut untuk menjaga hati kita agar tidak sakit. Membaca Al-Quran atau berdzikir, beristighfar, berdoa, bershalawat, dan mendirikan solat malam. Semoga akan senantiasa menjaga kita dari keburukan-keburukan yang terjadi dan menjaga hati kita agar tidak sakit.
(sumber:inspirasi pelangi)

Antara Pencerah dan Penghancur

Sering kita mendengar, orang-orang tua resah dengan gaya pergaulan remaja dan anak2 masa kini. Sering pula kita menerima nasehat dari para guru untuk menjaga wira'i diri.
Tapi ironisnya, bagaimana jika pelanggaran/dosa besar/ kekhilafan itu dilakukan oleh seorang guru?

Mungkin memang neraka sudah tidak lagi mereka takuti.. Sehingga dosa besarpun diterjang.

(facebook.com, Arif Munandar : Jumat, 24/1/2014)

Kunci Perubahan


Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka.
Yang penting sekarang saatnya usaha usaha dan usaha disertai doa.


Nur Cahyo H S (FB : 6/1/2014)

Bukti Keikhlasan



Salah satu bukti keikhlasan itu akan terlihat dlm keistiqomahan kita dlm beramal dlm berbagai kondisi baik senang, susah, mudah ataupun sulit...

Mimin Deca Kurniawan (FB : 10/1/2014)