23:36, Tetesan  air hujan berharmoni dengan daun-daun mirip  melodi nana bobo hehe. Orang normal tentu sudah lelap dalam hangat selimutnya, bermimpi keliling dunia,  selpie-selpian di kutub utara atau berjemur di hawai. Ah... namun sepertinya saya kurang beruntung. Melihat kondisi kamar yang porak-poranda hilang sudah nafsu tidur dan dimulailah kerja bakti dimalam hari. Ini mungkin akibat yang ditimbulkan dari obrolan Jum’at malam lalu. Awalnya adalah gladi bersih pelantikan PCPM & PCNA yang kemudian dilanjutkan dengan obrolan kerupuk. Kenapa saya sebut sebagai obrolan kerupuk, setidaknya 3 orang ini hidupnya sangat erat dengan kerupuk. Satu orang seorang pengusaha kerupuk rambak, satunya lagi pernah berjibaku jualan kerupuk singkong dan satunya lagi pemakan krupuk :D  

Yang terekam di ingatan saya adalah bagaimana Pak Eko mengkritisi bagaimana cara kita beramal. Contoh saja, kita dianjurkan untuk menanam,  “tiadalah bagi seorang muslim yang menanam suatu tanaman, atau menanam pohon, lalu sebagian hasilnya dimakan burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali hal tersebut merupakan sedekah baginya” (HR, Bukhari & Muslim) Tapi justru mereka yang bahkan tidak mengerti tentang pahala, dengan penuh semangat menanam pohon beberapa waktu lalu. Dalam HR muslim juga disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, namun kadang kita masih saja buang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Nah karena itulah saya akhirnya terpaksa kerja bakti dimalam hari hehehe...  

Itu hanya contoh kecil saja dan dapat dengan mudah dipraktekkan. Tapi apakah hanya itu saja ilmu yang kita dapat selama ini, tanpa dihitung pun sudah ketemu jawabanya. Saya sendiri kadang lupa bahwa hakekat mencari ilmu itu untuk kemudian diamalkan. Ngaji sana-sini namun masih tidak jelas juga apa saja yang diamalkan. Tapi jangan diartikan tidak perlu ngaji kalau hanya tidak diamalkan lho ya, itu sih mulut-mulut setan di luar sana yang ngomong. Setidaknya ada wujud nyata meskipun kecil namun pasti dan jelas. Karena ilmu itu haruslah berbuah amal, orang berilmu tanpa beramal bagai pohon tidak ada buahnya (Ibnul Qayim). Bahkan dalam hadits sendiri disebutkan bahwa “orang yang tidak mengamalkan ilmunya akan mendapat siksa yang keras ke akhirat kelak”

Jika kita baca sirah, banyak sekali contoh bagaimana semangat para sahabat  dalam beramal. Banyak contoh dan keteladanan yang bisa kita ambil dari kisah mereka. Ah... mereka kan orang-orang pilihan yang dibimbing langsung oleh Rasulullah !. Hmmm memang ada saja alasan bagi orang males seperti saya. Ok, saya ambil contoh yang dekat saja. Indra Mulyani, sebenernya masih banyak contoh lain , tapi untuk kali ini saya ambil pak Indra saja. Sedikit cerita, ketika awal-awal saya ikut kajiannya PM  ada beberapa orang tua yang dengan khusuk ikut duduk bersama kami. Dari situ saja saya sudah curiga. Apa yang membuat orang-orang tua ini masih mau duduk bersama anak-anak muda yang bahkan umurnya sebaya dengan anaknya sendiri. Dari situ saya mulai menngamati Pak Indra ini.

Setiap harinya pak indra ini sibuk dengan usaha kerupuk rambaknya, pagi ketika saya berangkat, beliau sudah sibuk mencari panas matahari untuk mengeringkan bakal kerupuknya. Dan malam ketika saya pulang tidak jarang saya bareng dia yang tengah mendistribusikan kerupuknya di daerah seyegan. Dan yang membuat saya heran, orang ini jarang sekali terlambat dalam setiap pertemuan. Juga dalam setiap kegiatan baik di ranting, cabang bahkan di Daerah. Sekedar info, pak indra ini tidak begitu saja sukses dengan kerupuk rambaknya, kalau mau sedikit detil ceritanya bisa jadi satu buku dengan 500 halaman sendiri hehe... Orang yang pernah kuliah teknik sipil ini pernah menjajal berbagai usaha, pernah dulu dia buka angkringan. Samar-samar saya ingat dulu angkringan masih belum begitu dikenal di tempat-tempat terpencil seperti ini. Ide kemudian muncul, dia mencoba membuat kerupuk rambak berbekal sebuah buku resep masakan. Dengan beberapa kali kegagalan dan juga tekanan batin. Woo... jangan salah, budaya sekitar saya masih menganggap orang-orang seperti pak indra ini aneh, apalagi anak muda. Wajarnya "mumpung masih muda itu mbok ya pergi ke korea atau malaysia" begitu kata kebanyakan orang. Dari cerita pak Indra saja saya bisa membayangkan bagaimana raut muka orang-orang dengan komentar sinisnya. 

Butuh perjuangan keras hingga akhirnya bisa menjadi seperti ini. Kini setidaknya ada beberapa karyawan yang harus digaji oleh pak Indra. Dan tentu semakin besar usaha semakin bertambah pula kesibukannya, namun itu tidaklah membuat Pak Indra menghilang dari pergerakan. Justru dialah salah satu orang yang ide-idenya untuk memberi manfaat bagi umat selalu mengalir. Tak hanya sekedar ide namun juga praktek di lapangan. Sebut saja Gerakan Dana Ta’awun, kemudian juga beberapa kegiatan Kokam seperti melempar pisau dan memanah. Masih banyak sebenernya kalau mau ditulis tentang sosok yang baru saja dilantik jadi Komandan Operasional KOKAM Minggir ini. Yang saya ambil pelajaran dari pak Indra dengan rambaknya ini adalah bagaiamana beliau tidak pernah menunggu untuk menerapkan Ilmu yang baru didapatnya. Karena salah satu cara untuk menjaga ilmu adalah dengan mengamalkannya. “Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga ia ditanya tentang empat hal -diantaranya-: tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan darinya.” [HR: At-Tirmidzy].--