Showing posts with label Kabar. Show all posts
Showing posts with label Kabar. Show all posts

Sudah Saatnya Muhammadiyah Mewarnai Dakwah di Dunia Sepakbola

MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Membuka Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema “Dakwah Melalui Sepakbola”, Jum’at (8/3) Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Thohari menyampaikan perlunya Muhammadiyah menimbang kembali dan memaksimalkan peran dakwah melalui sepakbola.
“Sepakbola bisa menjadi instrumen banyak hal negatif maupun positif, termasuk dakwah, bahkan pembangunan karakter. Setelah pertandingan ujicoba dengan Indonesia pada 2010, pelatih Uruguay Oscar Tabarez berpesan agar Indonesia fokus pada pembinaan usia belia dan pengajaran cinta bangsa. Artinya Tabarez tidak melihat adanya nasionalisme dari cara-cara bermain bola pemain Indonesia. Ini soal pembangunan karakter, tidak heran jika dahulu Kyai Ahmad Dahlan menyukai sepakbola,” ungkap Hajriyanto.
Peran yang dimaksud Hajriyanto adalah kejelian Kyai Ahmad Dahlan dalam memilih sarana dakwah dengan cara yang menggembirakan. Dalam pengajian yang diselenggarakan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng Jakarta Pusat tersebut, Hajriyanto turut menyinggung soal peran Muhammadiyah dalam sejarah sepakbola di Indonesia.
“Muhammadiyah pertama kali mendirikan sepakbola yaitu 1918 bernama PS Hizbul Wathan. Bahkan pendiri PSSI, bersama Soeratin salah satunya adalah Abdul Hamid, anggota Pengurus Besar Muhammadiyah. Belum lagi Djamiat Dahlar, dan lainnya. Jadi Muhammadiyah sudah modern betul pada masa itu, ketika yang lain belum modern. Banyak wilayah Muhammadiyah yang punya lapangan sepakbola, sementara negara saja belum punya,” ungkap Hajriyanto.
Menyambung Hajriyanto, praktisi sepakbola nasional Ahmad Syauqi Soeratno menyebut bahwa yang dimaksud adalah lapangan ASRI Yogyakarta, yang dihasilkan dari patungan warga Muhammadiyah dan dirancang oleh pendiri PSSI sekaligus kawan Kyai Ahmad Dahlan, Ir. Soeratin Sosrosugondo.
“Sepakbola menjadi satu jenis olahraga yang magnitude attractionnya sangat tinggi. Dari yang di dalam lapangan sampai di luar lapangan. Kaitannya dengan dakwah 19 april 1930 saat PSSI lahir, saat itu keterlibatan pendahulu kita di persyarikatan dalam melawan Belanda kuat sekali. Sejak awal Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari olahraga sepakbola,” ungkap Syauqi.
Dakwah di Dalam Sepakbola Adalah Kebutuhan
Terkait tema, Pelatih Timnas U-22 Indra Sjafri melalui sambungan suara menyampaikan bahwa nilai-nilai dakwah dalam sepakbola bukanlah hal yang naif.
“Dari 2011 sampai sekarang saya keluar masuk Timnas, kepada pemain saya lebih pada pembelajaran riil tentang agama, saya ajarkan pentingnya niat, keikhlasan, kesabaran dan keyakinan. Contoh kesabaran di sepakbola itu ada caci maki, bully, dan kita bisa tanggapi selaras dengan perintah agama, itu yang saya buka,” ujar Indra.
Senada dengan Indra, pengamat sepakbola dari MNC Group Ma’ruf El-Rumi menegaskan bahwa sudah saatnya Muhammadiyah mewarnai dakwah di dunia sepakbola. Ma’ruf menyayangkan jika umat Islam terkesan abai terhadap dakwah di sepakbola.
“Dalam sejarahnya, sepakbola dipopulerkan oleh gereja untuk mengubah gaya hidup yang negatif ke positif. Kristen sudah melakukan dakwah. Umat Islam juga harus ikut mewarnai dalam arti yang positif. Pogba, Kante, Salah adalah contohnya,” terang Ma’ruf.
Keberhasilan dakwah melalui sikap dan prestasi itu bahkan menurut Ma’ruf berhasil mengubah tradisi pemberian bir kepada Pemain Terbaik Setiap Bulan di Inggris dan beberapa negara lainnya menjadi pemberian piala untuk menghormati pemain muslim.
“Yaya Toure ketika mendapatkan gelar Man of The Month menolak sampagne (bir) termasuk Ribery, Inggris sekarang tidak memakai sampagne tapi memberikan trofi piala. Itu dari mana? Bukan dari kita yang bilang ini haram atau tidak, tapi dari perbuatan atlit muslim. Kita membayangkan jika umat muslim tidak berpartisipasi maka tidak ada perubahan. Kalau kita antipati dan tidak mau terjun tidak akan ada perubahan,” pungkas Ma’ruf. (Afandi)
sumber : http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-16128-detail-sudah-saatnya-muhammadiyah-mewarnai-dakwah-di-dunia-sepakbola.html

Din Syamsuddin : Kata “Kafir” Disebut 525 kali Dalam Al Quran

Prof Din Syamsuddin


Oleh : M.Din Syamsuddin, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat

Sebenarnya saya enggan untuk nimbrung karena khawatir polemik berkepanjangan dan hanya akan memalingkan perhatian umat Islam dari agenda mendesak yaitu penanggulangan problematika prioritas keumatan. Semula saya berharap segenap elemen umat agar menghindarkan diri dari mengangkat isu-isu yang krusial dan kontroversial apalagi pada tahun politik yg sensitif sekarang ini. Pada hemat saya, topik seperti tentang kafir dan semacamnya bisa ditunda (dimaukufkan) dulu. Tapi karena sudah terlanjur dan banyak pertanyaan, maka izinkan saya yang faqir ini menyampaikan pandangan sebagai berikut:
  1. Saya menilai ada kerancuan dalam mengaitkan istilah kafir dan muwathin (warga negara) karena kedua istilah berada dalam kategori berbeda; kafir berada dalam kategori teologis-etis, sedangkan muwathin dalam kategori sosial-politik. Polemik berkembang rancu, baik karena penjelasan publik awal dari Munas Ulama NU ada mengaitkan keduanya (“dlm kehidupan berbangsa dan bernegara tidak ada istilah kafir tapi muwathin”), dan polemik kemudian berkembang pada konseptualisasi kafir secara teologis (berdasarkan asumsi bahwa Munas menafikan atau meniadakan istilah kafir). Terjadilah semacam kerancuan atas kerancuan (tahafutut tahafut).
  2. Istilah kafir dan bentuk-bentuk derivatifnya (kafara, kufr, kuffar, kafirun) yang disebut 525 kali dalam Al-Qur’an adalah “dalalah Ilahiyah” (penunjukan Ilahi) terhadap perilaku, sosok, dan figur manusia tertentu. Al-Qur’an memang ada menyebut dalam bentuk kelompok (al-Qaumul Kafirun), tapi banyak dalam nada personal baik tunggal (kafir) maupun plural (kafirun atau alladzina kafaru).
  3. Karenanya, kafir merupakan konsep teologis sekaligus etis (berhubungan dengan pandangan ketuhanan dan sikap terhadap hal ketuhanan). Sesuai arti harfiyahnya yaitu “menutup”, maka kafir menunjukkan perilaku menutup diri, tidak mau menerima, atau mengingkari kebenaran tentang Allah dan ajaran-ajaran Allah yang diturunkan sebagai wahyu kepada manusia melalui rasul-rasul pilihanNya. Dalam hal ini, kafir bisa dinisbatkan kepada mereka yang tidak beriman kepada Allah dan ajaran-ajaranNya, atau kepada mereka yang walaupun beriman kepada Allah tapi membangkangi ajaran-ajaranNya dan tidak bersyukur atas nikmatNya (ada istilah kafir akidah, kafir amal, atau kafir nikmat). Al-Qur’an juga mengenalkan konsep2 etis lain yg berhubungan dgn konsep kafir, seperti musyrik, fasiq, dan zholim. Semuanya menurut ahli keislaman dari Jepang Toshihiko Itzuzu sebagai ethico-religious concepts (konsep etika keagamaan) dalam Islam.
  4. Sebagai konsep teologis, maka kafir dinisbatkan kepada manusia yang tidak beriman. Sebagai istilah khas Islam, maka dari sudut keyakinan Islam, orang kafir adalah penganut keyakinan selain atau di luar Islam. Sebenarnya istilah tentang “orang luar” ini biasa dalam setiap agama yang memiliki kriteria keyakinan (bench marking of belief). Orang yang tidak memenuhi kriteria tersebut dianggap orang luar (outsiders) atau orang lain (the others). Semua agama, seperti Yahudi, Kristen, Hindu, atau Buddha, memiliki istilah atau konsep tentang “orang luar” dan “orang lain” ini dan itu termaktub dalam Kitab Suci. Istilah semacam ini bersifat datar saja dan tidak menimbulkan keberatan dari pihak lain, baik karena memakluminya maupun karena memang mereka merasa bukan “orang dalam” lingkaran keyakinan tersebut. Masalah akan muncul jika istilah semacam kafir tersebut dipakai dalam nada labelisasi negatif atau pejoratif yg bersifat menghina atau menista.
  5. Dalam Sejarah Islam, khususnya pada masa Nabi Muhammad SAW, istilah kafir yang dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an tidak pernah secara lugas dan vulgar dikaitkan dengan pemeluk agama-agama lain yang ada waktu itu seperti Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Mereka disebut dgn nama komunitas keagamaannya masing2, atau terhadap Yahudi dan Nasrani sering juga dipanggil sebagai “Penerima Kitab” (Ahlul Kitab). Artinya, istilah kafir dalam arti berada di luar akidah Islam tidak menjadi kata panggilan (label), tapi hanya pemahaman terhadap orang luar Islam (konsep). Dalam pergaulan antar umat beragama, termasuk di Indonesia, pemakaian istilah khas masing-masing agama tersebut terhadap “pihak lain atau pihak luar”, seperti pemanggilan dengan kata kafir dan sejenisnya, tidak populer di ruang publik. Bahkan sekarang, pada era dialog dan kerjasama antaragama, baik pada skala global maupun nasional, sering dipakai istilah “pemeluk agama lain” seperti non-Muslim (ghairul Muslimin), non-Kristiani, dstnya, bahkan istilah Bahasa Inggris yang sering dipakai sekarang adalah the other faiths (pemeluk agama2 lain). Jelasnya, istilah/konsep kafir yang tidak mungkin dinafikan atau ditiadakan, mengalami transformasi pemakaian dalam konteks kehidupan masyarakat multi-kultural dan multi-keyakinan.
  6. Istilah atau konsep muwathin (citizenship atau warga negara) adalah lain. Konsep ini sudah lama ada sejalan dengan pembentukan Negara-Bangsa (Nation State), bahkan sudah ada sejak pembahasan tentang konsep negara atau masyarakat kewargaan pada Zaman Yunani Kuno (di kalangan filosuf seperti Socrates, Plato, atau Aristoteles). Konsep itu (belum dengan istilah muwathin dan muwathanah) sudah juga menjadi pembahasan pemikir Muslim seperti Ibnul Muqaffa’, Al-Mawardi, Ibn Abi Rabi’, Ibnu Rusyd, atau Ibnu Khaldun. Wawasan pemikiran politik Yunani dan Islam ini ikut mempengaruhi konseptualisasi pemikir politik Barat seperti Montesqiu, John Lock, atau Hegel. Pemikiran politik tentang negara dan warga negara ini berkembang hingga masa modern pada pemikiran Muhammad Abduh, Ali Abd al-Raziq, hingga Malik bin Nabi. Di kalangan Muslim konsep ini berkembang sejalan dengan perkembangan negara-bangsa (Nation State atau al-Wathan). Pemikir politik Muslim kontemporer, seperti Bassam Tibi dan Fahmi Huwaidy sudah mulai mengemukan istilah Arab/Islam ak-muwathanah sbg padanan citizenship. Terakhir ini konsep al-muwathanah (citizenship atau kewarganegaraan) menjadi pilihan dunia terutama dalam bentuk al-muwathanah al-musytarakah atau common citizenship (kewarganegaraan bersama).
  7. Dalam Pesan Bogor yg dikeluarkan dari Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia di Bogor, 1-3 Mei 2018 tentang Wasathiyyat Islam, istilah/konsep muwathanah menjadi aspek ketujuh dari Wasathiyyat Islam (enam yg pertama: i’tidal, tawazun, tasamuh, syura, ishlah, qudwah). Sebagai ciri dari Ummatan Wasathan (Ummat Tengahan) yang berorientasi pada Wasathiyyat Islam, muwathanah dipahami sebagai kewarganegaraan yang berpangkal pada pengakuan eksistensi negara-bangsa di mana seseorang berada, dan berlanjut pada peran serta aktif membangun negara. Konsep ini sebenarnya didasarkan pada pemahaman tentang dokumen-dokumen dasar dalam Sejarah Islam, seperti Piagam Madinah.
  8. Dalam konteks keragaman bentuk pemerintahan negara-negara Islam, dan desakan penerapan demokrasi dewasa ini isu nuwathanah/kewarganegaraan menjadi krusial. Arus migrasi antarnegara terakhir ini membawa munculnya masalah identitas dan integrasi kaum migran. Maka isu muwathanah/citizenship menjadi krusial dan polemikal seperti yg terjadi di Eropa dan Amerika sehubungan dengan membanjirnya arus migrasi dari negara-negara di Timur Tengah.
  9. Dalam konteks Indonesia isu muwathanah/kewarganegaraan ini sebenarnya sudah lama selesai (bukan menjadi masalah kontroversial). Hal ini disebabkan oleh karena Indonesia dari awal kelahirannya sdh memiliki kesepakatan seperti Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, yg oleh semua pihak (seperti Kesepakatan Pemuka Agama-Agama dari Musyawarah Besar Pemuka Agama-Agama untuk Kerukunan Bangsa, Jakarta 8-11 Pebruari 2018) keduanya dianggap merupakan kristalisasi nilai-nilai agama. Sebelumnya, pada 2015, Muhammadiyah sudah menegaskan suatu wawasan bahwa Negara Pancasila adalah Darul ‘Ahdi was Syahadah (Negara Kesepakatan dan Kesaksian). Dalam kaitan ini, konsep muwathanah tidak ada masalah di Indonesia dan sudah lama dipraktekkan dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Derajat stabilitas dan kerukunan nasional yang tinggi adalah buah dari muwathanah yang bertumpu pada ko-eksistensi, toleransi, dan kerjasama antaranak-anak bangsa. Gejala intoleransi dan eksklusi lebih merupakan ekspresi dari aksi-reaksi terhadap masih adanya kesenjangan sosial-ekonomi.
  10. Implementasi muwathanah/kewarganegaraan menjadi bersifat kontroversial terkait dengan paradigma demokrasi yang dipilih bangsa. Jika demokrasi dipahami sebagai manifestasi “political liberty and equality” (kebebasan dan persamaan hak politik) warga negara, maka muwathanah menuntut pemberlakuan meritokrasi (performa dan rekrutmen politik berdasarkan prestasi individual. Sebagai konsekwensi logis, tidak ada dan tidak relevan lagi diangkat isu mayoritas-minoritas sebagai realitas demografis keagamaan. Sebaliknya, jika realitas mayoritas-minoritas demografis apalagi dikaitkan dengan realitas historis dan sosilogis, maka paradigma demokrasi yang diterapkan akan bersifat kultural. Problema yang belum dijawab oleh Demokrasi Pancasila adalah apakah Sila Keempat Pancasila itu mengandung arti Demokrasi Liberal (Liberal Democracy) yang antara lain mendesakkan psudo meritokrasi, ataukah Demokrasi Multikultural (Multicultural Democracy) yang menuntut inklusi, toleransi, dan solidaritas sosial, atau lainnya. Pilihan bangsa terhadap corak demokrasi yang ingin diterapkan berhubungan erat dengan konsep muwathanah yang perlu kita pahami. Maka pada hemat saya, tafsir jama’i terhadap Sila Keempat dari Pancasila itu jauh lebih mendesak tinimbang mengangkat isu muwathin/warga negara dengan mengaitkannya dengan istilah kafir terutama pada suasana politik sensitif yang rentan memunculkan prasangka buruk yang tidak semestinya. Di sinilah letak kerancuannya: konsep sosial-politik dikaitkan dengan konsep teologis-etis.
  11. Tapi mungkin dapat dipahami maksudnya: Janganlah bawa-bawa agama ke dalam politik (seperti menyebut istilah kafir kepada sesama anak bangsa karena mereka adalah sesama rakyat warga negara atau muwathin). Kalau demikian adanya, maka itu merupakan “pandangan hukum keagamaan atau fatwa”. Oleh karena itu terserah kepada “pasar bebas”, mau membeli atau menolak. Maka tidak usah ribut dan repot. Suatu hal positif dari pandangan demikian adalah pesan moral “jangan mudah menuduh dan melabeli pihak lain secara berburuk sangka, karena itu tidak bermoral atau mencerminkan moralitas superior dan arogan”. Maka, kepada umat Islam, mulai sekarang jangan ada lagi yg saling mengkafirkan, saling menghina seperti kamu Wahabi, Salafi, atau Khilafati (maksudnya pendukung khilafah)! Sesuai Firman Ilahi, “yang menghina belum tentu lebih baik dari yang dihina”. Allahu a’lam bis shawab.
Yangon, 5 Maret 2019.
sumber : https://sangpencerah.id/2019/03/din-syamsuddin-kata-kafir-disebut-525-kali-dalam-al-quran/

PRPM Sendangagung melakukan aksi tanam pohon di Pantai Gesing

Ahad 14 November 2015 PRPM Sendangagung melakukan aksi tanam pohon di Pantai Gesing, Panjolomulyo, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 06:30 waktu setempat.

Penanaman pohon ini adalah bagian dari rangkaian acara MABIT (malam bina iman dan taqwa). Ini adalah kegiatan yang rutin diadakan 3 bulan sekali oleh PRPM Sendangagung, yang mana untuk kali ini pantai Gesing mendapat gilirannya.

Warga setempat membuat aturan di mana setiap yang camping di pantai diharuskan menanam pohon. Oleh karena itu di pagi hari sebelum berkemas pulang dilakukan penaman beberapa bibit pohon.

Acara inti dari mabit ini sendiri adalah musyawarah kerja, setiap bidang dalam PRPM Sendangagung masing-masing merancang program-program yang nantinya akan dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi PRPM Sendangagung.

Tak kurang 25 orang anggota yang hadir, turut mendampingi pembina PRPM dari PCPM Minggir dan juga Babinkamtibmas kecamatan panggang.





Bukan Sekedar Tradisi; Silaturahim PRPM&PRNA Sendangagung


21-22 Juli, PRPM & PRNA Sendangagung seperti tahun-tahun sebelumnya mengadakan silaturahmi ke beberapa tokoh Umat Islam di Sendangagung. Sebagai anak muda terkadang banyak salah dan sepantasnya untuk meminta maaf. Dan yang penting juga adalah bersilaturahim merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa Ramadhan.

Tradisi saling berkunjung dan meminta maaf memanglah hanya ada di Indonesia ini. Namun ini perlu dilestarikan, faktanya kalau tidak di momen seperti ini kita sangat susah untuk menyempatkan bersilaturahim bahkan dengan kerabat. 

Dan khusus untuk PRPM&PRNA ini merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan diri, karena kepengurusan periode 2014-2015 barulah dilantik. Banyak wajah-wajah baru yang mungkin belumlah dikenal. Yang kedua adalah penyamaan Visi antara anak muda dan orang tua, harapannya kedepan terjalin komunikasi yang baik antar keduanya. 

Beberapa tokoh yang sudah dikunjungi diantaranya adalah. Pak Deca, Pak Sarikun, Sumardi,  Pak R.Sujut, Pak Badawi, Pak Karyanto, Pak Margono,Pak Daliman,Pak Joko Susanto, Pak Sunarno, Pak A.Janadi, Pak Amir, Pak Sukarman, Pak Nuryadi,Pak Nasirun, Bu Tuti/Mbak Nana. 

Mohon maaf karena keterbatasan waktu hingga ada beberapa yang tidak bisa kami kunjungi. Terima kasih atas nasehat, bimbingan, dukungan serta bantuannya. Taqabbalallahu minna wa minkum, Mohon maaf lahir dan batin.  
beberapa anggota PRPM&PRNA di depan rumah salah satu tokoh




Himbauan Sukses !; Jamaah Membludak, Infaq Melonjak


Dilansir dari pcpmminggir.blogspot.com perolehan Infaq sholat di lima titik dilaksanakannya sholat Idul fitri adalah sebagai berikut :  Sendangagung : Rp. 29.361.900;   Sendangmulyo Rp. 26.634.000 ;  Sendangrejo Rp. 24.126.700 ;   Sendangarum Rp. 16.958.800 ;dan  Sendangsari Rp. 15.359.000. Kita patut bangga dengan perolehan tersebut diatas, tentunya ini juga menjadi indikator kesadaran masyarakat dalam berinfaq yang meningkat tiap tahunnya.

Ada beberapa hal yang menjadi motivasi masyarakat untuk kemudian sadar memasukkan rupiahnya ke dalam kotak infaq. Ada yang karena tiap hari mendengarkan motivator sedekah semacam ust. Yusuf Mansyur. Dan ada juga yang karena himbauan dari panitia setempat seperti yang terjadi di Sendangagung. P2A setempat beberapa hari sebelum pelaksanaan Sholat Ied menyebarkan undangan yang mana tercantum himbauan untuk berinfaq. 

Yang menarik dari himbauan itu adalah adanya nilai tertentu yang dianjurkan sesuai dengan profesi. Untuk kalangan pengusaha/tokoh masyarakat minimal Rp. 100.000,- berikutnya golongan pegawai dan karyawan minimal Rp. 50.000,-. Selanjutnya Rp. 10.000-20.000 bagi masyarakat umum. Dan anak-anak Rp. 5.000 – 10.000,- . Meskipun hanya sebatas himbauan namun terbukti efektif dengan perolehan yang meningkat dari tahun sebelumnya.

Baik atau burukkah ? tentu sangat baik sekali ! tidak ada yang salah mengajak orang untuk berjihad di jalan Allah. Momen yang bagus seperti ini memanglah harus dimanfaatkan. Kalau para model foto bisa menggelar charity foto dengan memajang tubuhnya, kenapa kita yang mengaku sholeh dan sholehah ragu untuk menggalang dana yang jelas-jelas untuk digunakan di jalan Allah. 

Meskipun demikian, Hal ini tak luput dari berbagai tanggapan yang beragam dari masyarakat. Ada yang menanggapinya secara positif dan berharap kedepannya agar bisa meningkat lebih baik lagi. Karena tentu akan banyak aktivitas-aktivitas dakwah yang bisa berjalan dengan dana yang terkumpul tersebut. Namun tak jarang juga yang menanggapinya dengan sedikit kritikan.

Berikut beberapa contohnya; Menurut sumber yang tidak mau namanya dicantumkan, “neng mbok ya ora rinci-rinci kae tetep ana laporane” (meskipun tidak terlalu rinci tapi tetap ada laporan,- adm) dan beberapa komentar lain yang senada dengan itu. Dan juga beberapa komentar di media sosial yang tidak sependapat.

Dalam rangkaian Ibadah Sholat Ied di Sendangagung memang tidak pernah ada informasi tentang penyaluran infaq. Di awal hanya hanya pemabacaan hasil zakat, infaq dan sedekah dari masing-masing jamaah yang diiringi merdunya suara takbir.  Yang ada hanya informasi jumlah infaq yang terkumpul saja di penutupan acara.

Ini bukan tentang ikhlas atau tidak, tentu mereka yang memasukkan uangnya ke dalam kantong sangat sadar bahwa itu sudah dicatat sebagai pahala tidak peduli mau disalurkan ke manapun. Tapi ada juga sebagian masyarakat yang perlu penjelasan kemana uang mereka disalurkan. Hendaknya sebagai pengelola infaq bisa memberikan laporan meski sederhana agar kedepan masyarakat semakin mantap untuk berinfaq. (pds_)


Sabilul Muttaqin; Dengan Helikopter, Bawa Pulang Tropi Bergilir !


Salah satu sesi yang dinantikan para peserta takbir Keliling ketika sholat Idul fitri 1 Syawal di Lapangan Sendangagung adalah pengumuman juara Karnaval Takbir . Acara yang digelar PRPM Sendangagung pada Kamis malam itu diambil sampai peringkat ketiga. 

Tibalah MC membacakan para pemenangnya, Juara pertama diraih oleh Jamaah Sabilul Muttaqin Nanggulan dengan perolehan total nilai sebesar 926 poin. Pantaslah kiranya jamaah ini meraih juara, begitu kompak dan penuh semangat tim yang mengusung Helikopter sebagai maskotnya ini .  

Di tempat kedua ada jamaah Ali Sholeh Al Mandzur Mandungan dengan nilai perbedaan nilai yang sangat tipis dari Juara pertama yaitu sebesar 924 poin. Jamaah ini selalu mengundang perhatian, tidak hanya anak-anak dan remaja saja yang ikut serta namun juga Ibu-ibu rumah tangga. 

Dan tempat ketiga di duduki Jamaah Saad Bin Abi waqas Minggir 2  dengan total poin 916. Cukup unik dengan mengusung Tema tentang kisah Nabi Nuh, AS.
Untuk yang belum juara, tetap semangat ! Masih ada kesempatan berikutnya. Meskipun belum masuk peringkat namun Insya Allah mendapat pahala. Fastabiqul Khairat !!! 













Menyibak Kabut pagi; "Tataplah Masa Depan dan Bergembiralah"


Pagi 1 Syawal 1436 H, kabut pagi tadi seakan terbelah oleh luapan jamaah Sholat Idul Fitri di Lapangan Sendangagung. Dengan duduk bershaft rapi menunggu ibadah Sholat Ied sembari melantunkan takbir. Sekitar pukul 07:00 acara dibuka oleh Pembawa Acara (Nugroho Setyawan. Tak berselang lama sholat Idul fitri dimulai dengan Imam Ustadz Ridwan Hamidi, Lc. M.A. Sholat dua rakaat itu seakan berlangsung sangat cepat karena terbuai oleh merdunya lantunan ayat Quran oleh sang Imam. Dalam khutbahnya, khatib mengajak kita untuk bersyukur dan dengan mengingat bahwa ada beberapa saudara kita nun jauh di sana tidak bisa merasakan kenikmatan seperti apa yang kita rasakan. 

Beliau melanjutkan khotbahnya: “... cukup banyak persoalan yang menjadi agenda persoalan bangsa. Dari mulai masalah yang berhubungan dengan ekonomi, politik, sosial dan keagamaan yang semua itu menjadi tanggung jawan dari semua kita, dan masing masing mempunyai peran sesuai dengan porsinya” untuk itu tidak ada salahnya kita mencoba merenungkan beberapa ayat Al Quran yang mungkin bisa menjadi bahan tentang bagaimana kita membenahi beberapa hal yang harus kita benahi. Allah Berfirman: “dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,dan kami akan akan mengumpulkannya di hari kiamat dalam keadaan buta” (Qs. Taha. 124). Khatib menjelaskan Bahwa, semua ini tidak muncul secara tiba-tiba. Ini adalah akibat dari perbuatan dan tingkah manusia yang meninggalkan tuntunan dan syari’at Allah SWT.

Lalu bagaimana kita mencari solusinya ? Allah berfirman : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. Annur. 55)

Solusi dari Firman Allah tersebut di atas adalah penghambaan secara total pasrah secara kepada Allah SWT serta menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup. Bagaimana kita kita memulai menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup ? Allah berfirman : “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Al Isra’. 09). Keyakinan bahwa Al Quran bisa menjadi adalah solusi adalah langkah pertama.

Kembali kepada  Al Quran berarti kita mulai dari membacanya, mencoba untuk meluangkan waktu mengkajinya, Mentadaburinya, dan sedapat mungkin kita mencoba untuk terus mempelajarinya. Allah SWT berfirman : ““kitab Al Quran ini Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (As Shad. 29).

Kembali kepada Quran berarti mengamalkannya semaksimal mungkin karena Alquran adalah pelita yang menerangi hidup manusia. Bahkan Al Quran adalah ruh yang menjadikan ruh menjadi lebih hidup. BerartiJuga terlibat dalam belajar dan  mengajarkan Al Quran. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “sebaik-baik kalian adalah yang belajar AL Quran dan mengajarkannya”.

Jika Al Quran adalah tali Allah tempat kita berpegang, maka sungguh berpegang teguhnya  kepada Al Quran akan membimbing kita untuk menyatu-padukan segala potensi dari semua umat yang disayang Allah ini. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” (QS. Ali Imran.103). Dan pertolongan Allah datang berupa kebersamaan orang-orang yang beriman, “Dialah Allah yang memperkuatmu denga dengan pertolongan-Nya bersama orang-orang yang beriman” (QS AL Anfal.62) dan Rasulullah berpesan : “Berpegang-teguhlah kalian dengan jamaah dan hindarilah segala bentuk perpecahan dan perselisihan”

Beliau berpesan : Semoga Allah memberikan kita kelembutan hidayahnya. Ketahuilah bahwa negeri ini adalah anugerah Allah SWT. Bahwa peran para Dai, Kyai, para santri dan peran kaum muslimin untuk mewujudkan kemerdekaan adalah bagian penting dalam perjuangan. Kepada para pemuda Perkuat diri kalian, pantaskan diri memikul amanah perjuangan ketahuilah bahwa kesholehan itu indah karena ia perjuangan dan anugerah ilahi. kejar dan raihlah agar anda berada dalam kabilah para pejuang. Untuk para muslimah;  terimalah salam hormat dan penghargaan kami atas ketegaran anda berpegang teguh dengan Agama ini, menjaga Hijab atau jilbab yang anda kenakan untuk menjadi wanita yang mulia. Wahai para mujahidah, para muslimah jadilah wanita pilihan jadikan jiwamu selembut dan setegar Khadijah, cerdasmu bagaikan Aisyah, keseteiannmu seperti Fatimah dan cita-citamu seperti Aisyah. 

Bagi para dai, marilah kita membangun dan terus memperbaiki diri jangan terlalaikan dengan rutinitas dakwah lalu kita mengabaikan diri sendiri, jangan sampai kita menjadi lilin yang menerangi orang lain tetapi kita justru luluh dan meleleh. Seperti Firma Allah SWT : “Apakah kalian menyeru kepada seluruh manusia sementara kalian melupakan diri kalian sendiri” .

Kepada para pejuang di jalan Allah, “Tataplah masa depan dan bergembiralah, karena pilihan Allah jatuh kepada anda semua untuk ikut terlibat dalam perjuangan ini apapun peran yang anda lakukan”. Itulah beberapa hal yang disampaikan oleh ustadz Ridwan Hamidi, Lc. M.A, dalam Khotbah idul Fitri di Lapangan Sendangagung. 

Lapangan Sendangagung Penuh Takbir


19:30 malam Jum’at  1 Syawal 1436 H, satu persatu jamaah peserta takbir keliling yang diadakan PRPM Sendangagung mulai berdatangan. Perlahan namun pasti suasana lapangan Sendangagung berubah dengan takbir beririingan.

Setelah semua peserta selesai dengan urusan administrasi panitiapun membuka acara dan dimulai dengan pengarahan. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya iringan takbir keliling akan dimulai di Lapangan Sendangagung dan finish di tempat yang sama. 

Terhitung 15 jamaah mengikuti Takbir keliling kali ini. , penuh warna dan beragam bentuk aksesoris. mulai dari Helikopter, Bedug, Wayang bahkan replika Masjid kesayangannya diusung sebagai maskot.

Rute untuk kali ini memang terbilang cukup singkat, namun itu tidak mengurangi kemeriahan dan semangat dari peserta. Semua jelas terlihat dari bagaimana mereka melantunkan takbir dengan kompak. Bahkan ada beberapa jamaah yang setengahnya terdiri dari ibu-ibu. 

Sekitar pukul 22:00 semua peserta sudah sampai di tempat finish. Semua peserta pun langsung kembali ke jamaah masing-masing. Untuk juara baru akan diumumkan keesokan harinya ketika Sholat Ied.  


Kreativitas Dalam Aspek Keimanan & Ketaqwaan Kepada Allah SWT. ; Lomba Anak Soleh PRPM-PRNA Sendangagung



(Ahad, 05 Juli 2015) Pagi ini Gedung Serbaguna Desa Sendangagung kembali riuh.  Anak-anak peserta Lomba Anak Sholeh tengah bersaing dalam acara yang diadakan oleh PRPM-PRNA Sendangagung. 

Menurut ketua panitia, Ridhowan acara ini adalah acara tahunan yang diadakan setiap Bulan Ramadhan. Selain memeriahkan bulan penuh berkah ini, Lomba Anak Sholeh ini juga diadakan  sebagai cara untuk memperbaiki nilai-nilai, norma dan pengembangan bakat, minat, kreativitas dalam aspek keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT  

Acara dimulai kurang lebih pukul 07:30 WIB, Diawali dengan pendaftaran peserta. Ada beberapa cabang yang dilombakan diantaranya adalah, mewarnai gambar, tartil, azan, wudhu, sholat  dan CCA. Dan setelah penjelasan dari panitia 213 peserta memasuki ruang yang telah disiapkan untuk mengikuti lomba sesuai dengan bidangnya. 

Rangkaian lomba ditutup dengan Cerdas Cermat yang mana ada tiga kelompok perwakilan dari tiga jamaah. Dan sebagai pemenang adalah perwakilan dari jamaah  Al munir (Pojok) disusul dari Al Hikmah (bekelan)  dan kemudian Al Muta’alim(Tengahan). Sebelum pembagian hadiah acara diselingi dengan dongeng yang dibawakan dengan sangat ekspresif dan atraktif oleh Ustadz Wawan.(pds,-)

Pelantikan PRPM & PRNA Sendangagung


Ahad, 14 Juni 2014 Pukul 08:00 di Gedung Serbaguna Sendangagung. Sebuah agenda yang sudah ditunggu-tunggu, yaitu pelantikan Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah dan Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah. Acara dimulai dengan penampilan Hamasah dengan membawakan lagu dari Raihan dengan judul Demi Masa.  Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan Mars Pemuda Muhammadiyah dan Mars Nasyiatul Aisyiyah secara bersama-sama.

Acara juga dihadiri oleh ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bpk. Drs.Ahmad Janadi, M.Pd. Dimana dalam kesempatan ini beliau memberi nasehat tentang bagaimana peran pemuda dalam dakwah di Sendangagung. Tentang bagaimana mengelola sebuah  organisasi sehingga dakwah menjadi efisien. Terakhir beliau juga menyampaikan bahwa dakwah itu bukanlah jalan yang mulus namun penuh dengan rintangan dan godaan, namun "Barang siapa berpegang teguh pada tali Allah. Allah akan meneguhkan kedudukanmu" mengutip dari Surah Muhammad ayat 7.

Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah periode 2014-2015


Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2015

Kemudian acara inti yaitu peresmian Pengurus Periode 2014-2018 serta pengambilan janji dilaksanakan oleh Bpk. Eko Triyanto (Ketua PCPM Minggir) untuk PRPM dan Sdri. Wening Endah S (Ketua PCNA Minggir) untuk PRNA. 

Meski Berlangsung singkat namun tidak mengurangi kekhidmatan acara ini. Selamat bertugas untuk rekan-rekan PRPM dan PRNA Sendangagung.  Fastabiqul Khairat, al birru manittaqa. 


Pengurus baru PRPM Sendangagung

Setelah sepekan sebelumnya mengadakan outbond, PRPM Sendangagung mengadakan musyawarah ranting.  Acara dilaksanakan pada tanggal 23 mei 2015 bertempat di Sd Muhammadiyah Tengahan. Musyawarah ini digelar karena masa jabatan kepengurusan yang lalu telah berakhir.

Acara dimulai pukul 16:00 WIB dan dihadiri tidak kurang dari dua puluh dua orang. Pada tahap pertama yaitu pemilihan dewan formatur yang mana dewan ini bertugas untuk menetapkan pengurus. terpilih 9 orang yang masuk dalam dewan formatur ini  , Giyadi, Iswantara, Joko yulianto, Agus Ahmad, Hendro, supriyadi, Anggi Putra R.B, Ridhowan, Nugroho dan Agung.

Dan pukul 22:00 terbentuklah pengurus baru periode 2014-2018 sebagai berikut :
   Ketua 1 : Giyadi
   Ketua 2 : Iswantara
   Sekretairs 1: Joko yulianto
   Sekretaris 2: Agus Ahmad
   Bendahara : Nur Cahyo Hendro
   Bid Dakwah: Supriyadi
   Bid Kaderisasi: Anggi Putra R.B.
   Bid GA: Ridhowan
   Bid Kokam: Arif Munandar.
   Bid Kominfo:Nugroho S.

Mereka inilah yang akan menyemarakkan dakwah di Sendangagung 4 tahun mendatang. Saya pribadi optimis bahwa mereka ini akan jauh lebih baik dari pengurus yang sebelumnya. Ketika bersama mereka sangat terasa sekali bagaimana semangat besar terpancar. fastabiqul khairat,-

suasana musyran

Jembatan Kreo Bergetar; Outbond PRPM-PRNA Sendangagung

Pagi ini PRPM-PRNA sendangagung melaksanakan outbond, acara ini merupakan  rangkaian musyran prpm-prna sendangagung. Pukul 8 pagi acara ini dimulai dengan diikuti sekitar 40 peserta dari berbagai jamaah di Sendangagung. 

Tujuan dilaksanakannya outbond ini adalah untuk memberikan suntikan semangat dalam menghadapi musyran nanti. Tak ketinggalan acara juga diikuti diikuti oleh ketua PCPM (Eko T) dan ketua PCNA (Wening E.S). Dalam sesi ramah tamah ketua PCPM Minggir menegaskan bahwa outbond ini bukanlah untuk membuang-buang waktu, namun ini adalah cara untuk memanfaatkan waktu.







Kader-kader Terbaik Telah Pergi



Setiap generasi punya masanya sendiri-sendiri. satu demi satu pasti akan pergi. Kemudian datanglah para pengganti. Maka kaderisasi menjadi tulang punggung pergerakan. Sebab kadangkala komitmen beraktif di gerakan dakwah harus berhadapan dengan realitas kehidupan yang juga menuntut untuk dijalani.



Setelah ‘kehilangan’ beberapa kadernya untuk berkarya di luar daerah. Hari ini, Ahad (3/5/2015) PRPM Sendangagung kembali harus ‘kehilangan’ salah satu kader terbaiknya, Ridhowan. Melalui akun facebook pribadinya, Mas Ridhowan mengkonfirmasi bahwa ia akan segera merantau. Malam sebelumnya, masih sempat bertemu dan berbincang di Rumah Pak Indra dalam kajian Pemuda Muhammadiyah Sendangagung gabungan senior dan yunior.

Mas Ridhowan sebelumnya diharapkan bisa menjadi salah satu kandidat ketua PRPM Sendangagung dalam musyran yang akan digelar sebentar lagi. Kondisi akan menjadi tantangan tersendiri bagi PRPM Sendangagung. Setelah sebelumnya secara berturut-turut para kader merantau, David, Toni, Defri, Marwan, dan lainnya.

Kenangan Kemah di Pantai Glagah



Posisi terakhir Ridhowan ialah menjadi koordinator Persatuan Bulu Tangkis Pemuda Muhammadiyah (PBPM) menggantikan Mas Marwan. Selamat berkarya untuk Mas Ridhowan, dimanapun berada semoga kebaikan-kebaikan yang didapatkan saat bermuhammadiyah tetap bisa dilaksanakan. Semoga ada keberkahan dalam setiap keadaan.

Rahasia Sukses Pengkaderan Ala Rasulullah

Kajian rutin kali ini, Sabtu 2 Mei 2015 (13 Rajab 1436 H) bertempat di Rumah Pak Indra.  Sedikit berbeda dari biasanya karena kali ini digabungkan antara senior dan junior. Mereka yang hadir Indra, Aris, Eko, Arif, Hendro, Udin, Agung, Giyadi, Agus dan Ridhowan.

Dibuka dengan tilawah, pembacaan Riyadhus Shalihin dan iftitah oleh mas Iswantoro tentang rencana pra Musyran, dimana para senior diharapkan keikutsertaannya.

Untuk kajian inti di jelaskan mengenai tahapan-tahapan pengkaderan yang dilakukan Rasulullah,  diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Tabligh/Taklim, adalah tahap dimana merubah dari jahiliyah (tidak tahu tentang kebenaran) kepada ma’rifah (tahu atau mengenal kebeneran). 
  • Tahap Ta’wim, pada tahap ini bertujuan untuk merubah dari ma’rifah (tahu kebenaran) kepada harokah (pergerakan). mereka yang sudah mengetahui kebenaran haruslah menuju kepada kesadaran selanjutnya yaitu menyebarkan kebenaran tersebut.
  • Tanfidz (penataan). Sebuah gerakan haruslah ditata agar lebih terarah dan efektif. 
Demikian yang bisa saya tuliskan, semoga bermanfaat. 

SUKSES ! Pelantikan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Minggir

Telah Resmi Dilantik Pengurus Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Minggir, Ahad 26 April 2015 (06 Rajab 1436 H) di aula kecamatan Minggir. Ada 52 nama dalam kepengurusan 2014-2018 ini, berikut daftar lengkapnya :

PIMPINAN PEMUDA MUHAMMADIYAH CABANG MINGGIR
PERIODE 2014 – 2018

Acara dilanjutkan launching Gerakan KOIN DAKWAH. sebuah gerakan tabungan untuk membantu dakwah di Minggir. Beberapa dokumentasi bisa dilihat di sini

Lagu 'Tuhan' oleh Nasyid Hamasah

Video Penampilan Nasyid Hamasah dalam Pelantikan PCPM-PCNA. Meski dengan kondisi kurang siap, Nasyid Hamasah tetap tampila dalam pelantikan PCPM-PCNA Kecamatan Minggir, Ahad (26/4/2015) di Aula Kecamatan Minggir. Membawakan tiga lagu umum dan tiga mars. Masing-masing lagu ‘Tuhan’, ‘Sajadah Panjang’ (Bimbo) dan ‘Bila Waktu’ (Opick). Tiga mars, ‘Sang Surya’, Mars Nasyiatul ‘Aisyiah dan Mars Pemumda Muhammadiyah. (Via:PCPM MINGGIR)

Inilah di antara penampilan video Nasyid Hamasah. Membawakan Lagu ‘Tuhan’ karya Bimbo.

PRPM Sendangagung gelar sholat Gerhana

Gerhana, baik bulan atau matahari merupakan bukti dari kekuasaan  Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kejadian besar yang kini diremehkan manusia. Kebanyakan mengaguminya hanya sebatas sebagai fenomena alam biasa. Tak sedikit yang menyempatkan diri untuk mencari tempat yang cukup bagus untuk menikmati peristiwa itu dan tak lupa juga mengabadikannya dengan kamera. 

Secara sederhana gerhana adalah hilangnya cahaya bulan atau sinar matahari dan perubahan cahaya yang mengarah ke warna hitam atau gelap. Untuk penjelasan logisnya tentu itu tugas bapak ibu guru hehe. Islam menaruh perhatian yang besar terhadap fenomena ini. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memperingatkan umat untuk kembali ingat dan segera menegakkan shalat, memperbanyak dzikir, istighfar, doa, sedekah, dan amal shalih tatkala terjadi peristiwa gerhana. Mengenai sholat, itu yang kemudian dikenal dengan sholat gerhana atau sholat khusuf atau sholat gerhana. 

Oleh karena itu maka PRPM Sendangagung  pada Sabtu, 4 april 2015 menggelar sholat gerhana di Masjid Al Munir pojok. Sesuai yang sudah disosialisasikan sebelumnya, ba'da sholat maghrib acarapun dimulai. Bertindak sebagai imam Bapak Amir dan Khatib Bapak JokoWi. Acara pun berjalan lancar dengan diakhiri dengan sholat Isya' berjamaah. Sekitar 40 orang  hadir pada malam itu. Dikabarkan juga bahwa ada dua jamaah di minggir 3 dan mandungan yang juga menggelar sholat gerhana. 

Semoga kedepan semakin banyak lagi orang yang sadar bahwa peristiwa gerhana bulan ini bukanlah sekedar peristiwa alam biasa. Namun dibalik itu ada tuntunan dari panutan kita Rasulullah SAW untuk melakukan sholat memperbanyak dzikir dan doa kepada Alloh SWT. Sekali lagi  gerhana itu hanyalah bagian kecil dari kekuasaan Alloh. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari pristiwa ini dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh. 

PRPM Sendangagung Luncurkan ODOL


Beberapa waktu lalu muncul ide untuk menggiatkan kader PRPM Sendangagung untuk rajin membaca Al Quran melalui sebuah kegiatan yang disebut ODOL. Pengurus berharap dengan ODOL akan semakin memacu kader PRPM Sendangagung untuk mampu membaca Al Quran setiap hari.

:: Sepertinya belum banyak teman-teman yang tahu apakah ODOL ini. Bukan seperti deterjen gigi yang kita pakai setiap kali gosok gigi. ODOL di sini adalah One Day One Lembar. Kaksudnya adalah dalam satu hari kita membaca satu lembar dari Alquran. kenapa harus ODOL?

Emang sih ada program tetangga yang namanya 11-12 sama ODOL,... Namun karena kita baru belajar kita mulai dulu dengan ODOL ...

Rata-rata yang ada di sini (grup prpm sendangagung_red) minimal bisa membaca Al Quran, yang fasih dengan lagu yang mendayu-dayu juga banyak. Namun tidak banyak yang tunjuk jari ketika ditanya sudahkah rutin tilawah setiap harinya. ODOL adalah sarana untuk berinteraksi dengan Al Quran. Ibarat pepatah tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Cinta itu tumbuh karena biasa dan biasa itu tumbuh karena TERPAKSA

Lalu bagaimana kita tahu efek dari ODOL itu seperti apa ???
Mungkin, ketika ada seorang anak muda yang sedang membaca novel kemudian timbul pertanyaan dalam hatinya "baca novel 10 lembar saja bisa, masak baca Al Quran 1 lembar saja ndak bisa"

Fastabiqul khairat... wassalamu'alaykum...  ::


Seperti dilansir oleh akun FB Putu Dikoro Suryadi yang dikirim di grup Pemuda Muhammadiyah Sendangagung tertanggal 4 Februari 2014.