Sore tadi, di sebuah rumah makan dekat jalan Imogiri barat terjadi obrolan yang mengalir begitu saja yang kemudian sampai kepada masalah poligami. Ada beberapa perempuan muda yang bertanya tentang poligami, yang mana kemudian dijelaskan oleh teman saya yang sehari-hari tak kurang dari satu juz Al Quran dia baca. Hanya sesekali saja saya menambahi, ndak baik orang seperti saya njelasin masalah poligami satu saja belum dapet-dapet :D. Meskipun sudah dijelaskan panjang dan lebar, dari raut mukanya sepertinya mereka masih tidak bisa faham. Atau mungkin mungkin memang tidak mau memahami. Wajar juga sebenernya kalau mereka susah untuk memahami apa yang dijelaskan teman saya. Karena memang tidak ada berita di media-media yang bilang poligami itu enak bagi wanita, sebagai bukti penjelasan teman saya itu. 

Daripada saya pusing mendingan saya konsentrasi pada sambel welut yang ada di piring. Meskipun masih tetap saja terdengar bagaimana si mbaknya ini terus bertanya seperti orang lapar, padahal sudah ada makanan didepannya. Pertanyaannya sih tidak jauh-jauh dari  kenapa kok bisa, kok mau-maunya ada wanita mau dipoligami. Ah bosan saya sama pertanyaan seperti itu paling-paling saya cuman emosi ngadepin orang kayak gini. Tapi Si bapak dari tiga anak itu juga masih dengan sabar menjelaskan apa yang jadi pertanyaan-pertanyaan si mbak. Hingga tak terasa perut saya terasa perih sekali karena kebanyakan makan sambel welut, lanjut dengan ikan gabus hehehe. Kenapa saya malah cerita tidak jelas begini ya.

Akhirnya selesai juga tanya jawab itu dan si mbak cerita ngalor-ngidul tidak jelas. Hingga kemudian ada sebuah peryataan yang tidak tau itu guyonan apa serius dimana si mbak ini berkeinginan punya anak. Tidak ada yang salah dengan punya anak,  cuman caranya itu yang sedikit membuat telinga saya sedikit bergetar. Mbaknya ini masih single dan tidak ada rencana menikah atau kepikiran menikah, adopsi adalah pilihan pertama tapi karena prosedurnya susah maka ada opsi berikutnya. Yang kedua tentu dengan punya anak yang dilahirkan sendiri tapi juga tidak usah menikah. Wah , ini orang sepertinya memang aneh. Kemudian dia mengemukakan alasanya kenapa punya keinginan seperti itu. Biasa banget sebenernya, tidak percaya kalau masih ada laki-laki yang baik setidaknya menurut dia. Trauma sih katanya tidak.

Bagaimana dia bisa sampai berfikiran seperti itu? Entahlah,  perlu waktu lama kalau mau menyelidiki orang semacam ini. Saya jadi kepikiran dengan sebuah gambar di tembok ketika SD dulu, seorang wanita dengan pakaian khas Jawa warna hitam lengkap dengan konde, yang waktu itu saya pikir Mona Lisa versi Jawa hehe. Siapa lagi kalau bukan R.A Kartini. Kira-kira adakah hubungannya atau tidak, ide-ide aneh seperti ini dengan surat-suratnya R.A Kartini. Saya tidak punya jawabanya, untuk itulah saya bertanya :D.. Bisa juga saya hanya terbawa suasana karena ini sudah tanggal 20 April.

(ini hanya cerita wong kurang turu, jangan dipikir terlalu serius apalagi sampai tidak makan dan tidak tidur)